Your Adsense Link 728 X 15

Doa Mustajab

Posted by pengetahuan Monday, 9 May 2011 0 comments



Doa seorang ibu sungguh mustajab. Balk doa kebaikan ataupun doa buruk. Rosululloh pernah menyampaikan suatu kisah menarik berkaitan dengan doa ibu. 5uatu kisah nyata yang terjadi pada masa sebelum Rosululloh yang patut diambil sebagai ibroh bagi orang-orang yang beriman.
Dahulu, ada tiga orang bayi yang bisa berbicara. Salah satunya adalah seorang bayi yang hidup pada masa Juraij. Juraij adalah seorang ahli ibadah, dia memiliki sebuah tempat ibadah yang sekaligus jadi tempat tinggalnya.

Suatu ketika Juraij sedang melaksanakan sholat, tiba-tiba ibunya datang memanggilnya: "Wahai Juraij". Dalam hatinya, Juraij bergumam: "Wahai Robbku, apakah yang harus aku dahulukan... meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?!".

Dalam kebimbangan, dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya sang ibu pulang. Esok harinya, sang ibu datang lagi dan memanggil: "Wahai Juraij!". Juraij yang saat itu pun sedang sholat bergumam dalam hatinya: "Wahai Robbku, apakah aku harus meneruskan sholatku... Ataukah (memenuhi) panggilan ibuku?l". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.

Sang ibu kembali pulang untuk-kedua kalinya. Ketiga kalinya, ibunya datang lagi seraya memanggil: "Wahai Juraij!". Lagi-lagi Juraij sedang menjalankan sholat. Dalam hatinya, ia bergumam: "Wahai Robbku, haruskah aku memilih meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?I". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.

Akhirnya, dengan kecewa setelah tiga kali panggilannya tidak mendapat sahutan Bari anaknya, sang ibu berdoa: "Ya Alloh,janganlah engkau matikan Juraij hingga dia melihat wajah wanita pelacur".

Orang-orang Dani Israil (ketika itu) sering menyebut-nyebut mama Juraij serta ketekunan ibadahnya, sehingga ada seorang wanita pelacur berparas cantik jelita mengatakan: Jika kalian mau, aku akan menggodanya (Juraij).

Wanita pelacur itupun kemudian merayu dan mengwarkan diri kepada Juraij. Tetapi sedikitpun Juraij tak memperdulikannya. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh wanita itu? Ia mendatangi seseorang yang tengah menggembala di sekitar tempat ibadah Juraij.

Lalu demi terlaksananya tipu muslihat, wanitu itu kemudian merayunya. Maka terjadilah perzinaan antara dia dengan penggembala itu. Hingga akhirnya wanita itu hamil.

Dan manakala bayinya telah lahir, dia membuat pengakuan palsu dengan berkata kepada orang-orang: "Bayi ini adalah anak Juraij." Mendengar hal itu, masyarakat percaya dan beramai-ramai mendatangi tempat ibadah Juraij, memaksanya turun, merusak tempat ibadahnya dan memukulinya.

Juraij yang tidak tahu masalahnya bertanya dengan heran: "Ada apa dengan kalian?". "Kamu telah berzina dengan wanita pelacur lalu dia sekarang melahirkan anakmu", jawab mereka.

Maka, tahulah Juraij bahwa ini adalah makar wanita Iacur itu. Lantas bertanya: "Dimana bayinya?". Merekapun membawa bayinya. Juraij berkata: "Biarkan saya melakukan sholat dulu", kemudian dia berdiri sholat.

5eusai menunaikan sholat, dia menghampiri si bayi lalu mencubit perutnya seraya bertanya: "Wahai bayi, siapakah ayahmu?" Si bayi menjawab: "Ayahku adalah si fulan, seorang penggembala".

Akhirnya, masyarakat bergegas menghampiri Juraij, mencium dan mengusapnya. Mereka minta maaf can berkata: "Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas". Juraij mengatakan: "Tidak, bangun saja seperti semula yaitu dari tanah Hat". Lalu merekapun mengerjakannya.


Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini




Di antara hikmah 1 yang bisa dipetik dari sini adalah:


Menetapkan adanya mu'jizat bagi para Nabi dan karomah bagi para wali Alloh.
Wajibnya mendahulukan birrul walidain daripada perkara-perkara sunnah, seperti sholat (sunnah) dan sejenisnya.
Keutamaan ilmu daripada ibadah. Juraij adalah seorang ahli ibadah tetapi bukan ahli ilmu. Seandainya dia berilmu, niscaya dia akan mendahulukan panggilan ibunya daripada ibadah sunnahnya.
Doa ibu adalah mustajab (terkabulkan).
Fitnah terbesar yang menimpa suatu umat adalah fitnah wanita.
Fitnah tidaklah membahayakan bagi orang yang beriman.
Apapun problematika yang menimpa, solusinya adalah memohon pertolongan kepada Alloh saja dengan sholat dan doa.

0 comments:

Post a Comment

berjalan di atas titian menuju surga

Islamkah Kita? Apakah tujuan kita di dunia ini? Kita adalah makhluk ALLAH SWT yang diciptakan untuk beribadah dan menyembahNYA dan tujuannya tidak lain hanya untuk mendapatkan redhaNYA dan syurgaNYA... Namun perlu ingat bahawa semua amalan akan ditolak melainkan kita ISLAM! Apakah petanda yang menunjukkan islamnya kita? Adakah dengan mengucap dua kalimah syahadah? solat kita? Islam bermaksud, penyerahan diri kepada ALLAH SWT dan dalam erti kata lain, kita dengan yakin tunduk dan mengakui hanya ALLAH SWT yang berkuasa ke atas segalanya dan hanya kepada DIA, kita berserah diri tetapi adakah benar kita menyerahkan diri kepada ALLAH SWT sedangkan segala laranganNYA dan suruhanNYA, kita tinggalkan? Islamkah kita apabila kita menolak isi Al-Quran & hadis? Kemudian kita terima budaya kafir yang diantaranya, cara berpakaian dan undang2 yang tidak selari dengan tuntutan syariat dan apabila kita sebagai orang2 Islam hanya memerhatikan sahaja saudara2 Islam kita yang lain, dimalukan dan dihancurkan oleh kaum kafir! Lihatlah, betapa lemahnya umat Islam sekarang gara2 hilangnya semangat dan rasa bangga sebagai seorang Islam! Saidina Umar pernah berkata, 'Islam datang untuk memuliakan & mengangkat martabat kita, lalu adakah kita malu untuk bangga & merasa mulia dengan Islam yang ada pada kita?'... Islam bukanlah hanya satu prinsip kepercayaan tetapi sebaliknya, ia adalah satu cara hidup yang wajib diamalkan kerana Islam datang di dalam keadaan yang serba lengkap cuma kita sahaja yang memandang Islam itu kurang kerana terpengaruh dengan budaya kafir... Apakah kita mahu ke neraka bersama sama dengan orang2 kafir dan ingkar? Pastinya tidak, maka marilah kita bersama sama bangkitkan semula semangat Islam sebagaimana Rasulullah dan para sahabat agar Islam tersebar serta dihormati seluruh umat manusia di muka bumi ini...

Nikmatnya Sholat Malam

Sesungguhnya seorang muslim yang benar-benar mencintai Allah swt. akan bangun dari tempat tidurnya dan berdoa kepada Tuhannya dengan penuh keyakinan bahwa setiap ucapan dan doa yang ia panjatkan kepada Tuhannya didengar oleh-Nya dan Allah swt. senantiasa melihat apa yang tergerak dalam hatinya. Jika ia benar-benar mencintai Tuhannya, tentu ia akan berdiri di keheningan malam dengan senang hati dan merasa nikmat dengan munajat yang ia panjatkan. Hal ini ditunjukkan dengan melaksanakan shalat di hadapan Tuhan seluruh makhluk. Bagaimana ia tidak melakukan hal itu, sementara ia mengetahui bahwa kebahagiaan, kesenangan dan kemuliaan hanya bisa dicapai manusia manakala mereka bermunajat kepada dzat yang Maha Agung di tengah malam. Terlebih lagi jika mereka mengetahui bahwasanya Allah swt. mendengar munajat dan doa yang mereka panjatkan dengan mengabulkan permintaan mereka. Bagaimana hal ini tidak dilakukan, wahai saudaraku, sementara harapan kepada Allah swt. itu lebih bisa dipercaya dan Dia-lah yang lebih layak untuk diharapkan. Allah swt. telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Allah swt. juga telah memberikan segala permohonan kita, meskipun tanpa diminta sebelumnya dan kita tidak mengetahui bagaimana kita mengajukan permohonan itu. Bagaimana kita tidak bisa merasa nikmat dan nyaman pada saat semua kebutuhan kita dipenuhi oleh Allah swt. di keheningan malam. Rasulullah saw. telah bersabda, "Sesungguhnya pada malam hari ada saat yang mana tidak ada seorang hamba yang bertepatan dengan saat itu seraya memohon kebaikan dunia dan akhirat kecuali Allah akan mengabulknnya, dan saat itu ada pada setiap malam" Para salafus shâlih senantiasa beribadah kepada Allah swt. di malam hari dengan melaksanakan shalat. Allah-pun memberi kenikmatan kepada mereka pada saat mereka melakukan shalat malam, sehingga mereka merasa malam yang begitu panjang terasa sangat singkat sebagaimana perasaan itu muncul pada saat seseorang berduaan dengan sang kekasih yang dicintainya. Dalam hati mereka telah tertanam keimanan yang mendalam sehingga menumbuhkan luapan cinta yang mendorongnya untuk selalu bersanding dengan dzat yang Maha Kasih. Mereka juga rela begadang untuk melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an. Jika motivatornya semakin kuat, keinginannya kian membaja, harapan untuk menggapai pahala dzat yang Maha Kasih semakin meluap, tentu mereka akan semakin tergerak hatinya untuk bersegera memenuhi panggilan-Nya dengan menjalankan ketaatan, badannya semakin ringan untuk bangun dan duduk bersimpuh di hadapan-Nya dan segala kesulitannya pun akan terasa ringan. Fudhail bin Iyad berkata, "Sesungguhnya aku menyambut kedatangan malam, dan aku merasa begitu lama malam itu tiba. Aku membuka al-Qur'an sampai malam tiba. Pada saat matahari terbenam, aku merasa bahagia dengan gelapnya malam, karena aku dapat bersanding berduaan dengan Tuhanku. Namun pada saat pagi menyingsing aku pun merasa sedih."

Ridha Allah dengan Ilmu dan Amal

Sahabatmu; Surgamu ataukah Nerakamu Perlu kiranya kita melihat teman-teman yang selalu berada di antara, karena mereka akan selalu mengikuti setiap saat dalam perjalanan kita. Perlu kita ingat bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mencari teman sama halnya dengan mencari surga ataupun neraka. Berkaitan dengan hal ini, perlu kiranya kita melihat kembali dua contoh persahabatan di masa Rasulullah saw., yang pertama adalah sahabat yang buruk, yang menghancurkan sahabatnya hingga masuk ke neraka, dan kedua adalah sahabat yang Shalih, yang memberi kebahagiaan kepada temannya, dan menghantarkannya ke surga. 1. Uqbah bin Abu Mu`ith Uqbah adalah sahabat dekat Abu Jahal Amru bin Hisyam. Dalam suatu kesempatan, Abu jahal melakukan perjalanan jauh. Pada saat yang bersamaan Uqbah bin bin Abu Mu`idz mendengar Rasulullah saw. sedang membca al-Qur`an. Saat itulah, ia tertarik pada Islam dan mengikrarkan diri menjadi bagian dari umat Rasulullah saw. Saat Abu Jahal kembali dari perjalanannya, ia menemui Uqbah dan mengingatkan kepadanya agar tidak sampai meretakkan tali persahabatan yang telah terjalin. Ia juga menyuruhnya untuk menemui Rasulullah saw. dan meludahinya. Uqbah pun merenung sejenak, membandingkan antara ke duanya; tetap dengan keyakinan barunya, Islam ataukah kembali pada kekufuran dan tetap bersahabat dengan Abu Jahal. Hingga pada akhirnya ia menentukan pilihannya untuk kembali pada Abu Jahal dan menentang ajaran Rasulullah saw. serta menyakiti beliau. Tidak ada orang yang paling kejam dan paling keras memusuhi Rasulullah saw. yang sepadan dengannya. Berkenaan dengan hal ini, Allah swt. menurunkan ayat, "Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (al-Furqân [25] : 28-29) Inilah kerugian besar yang dialami Uqbah bin Abu Mu`ith, baik di dunia maupun di akhirat. Diapun masuk ke dalam neraka sebab sahabatnya, Abu Jahal. 2. Iyasy bin Abu Rabi`ah Iyasy adalah sahabat Umar bin Khatab. Saat mereka berdua hijrah dari Mekah menuju Madinah, di tengah perjalanan ia disusul oleh Abu Jahal karena ia tergolong orang yang terpandang, dan Abu Jahal merasa khawatir jika hijrahnya ke Madinah akan diikuti penduduk Mekah. Abu Jahal mengejarnya di belakang sambil memanggil, lalu berkata kepadanya, "Ibumu telah berjanji untuk tidak makan, tidak mau masuk ke dalam rumah, dan tidak akan mandi sampai engkau kembali menemuinya." Saat itu, Iyas menaiki kuda bersama Umar bin Khatab dan berada dibelakangnya. Seketika itu juga, Iyasy ingin melompat dan menemui ibunya. Umar berkata kepadanya, "Jangan engkau khawatirkan keadaan ibumu, jika ia merasa kepanasan, pasti ia akan masuk ke dalam rumah dan jika kutu telah banyak di kepalanya, pasti ia akan mandi." Tapi Iyas tetap ingin menemui ibumu. Lantas Umar berkata kepadanya, "Bawalah unta ini dan temui ibumu, setelah itu susul aku ke Madinah!" Sesampainya di Mekah, Iyas mendapat siksaan dari kaumnya sampai ia menanggalkan keyakinannya terhadap Islam dan kembali pada kekufuran. Umar bin Khatab tidak pernah putus asa untuk mengajaknya kembali pada Islam. Sampai setiap kali ada ayat yang turun, ia mengirimkannya kepada Iyas. Salah satu ayat yang dikirim Umar kepadanya adalah firman Allah swt., "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (az-Zumar [39] : 53) Ayat ini sampai juga ke tangan Iyasy dan iapun membacanya. Saat itulah ia menangis dan segera mengambil kuda lalu menungganginya untuk menyusul Umar bin Khatab ke Madinah dan kembali pada pangkuan Islam. Dia selamat dari api neraka karena sahabatnya. Kesimpulannya, kalau kita menginginkan kebahagiaan, kedamaian, dan selamat dunia akhirat, kita mesti memilih teman yang shalih yang sealu mendorong kita untuk melakukan kebajikan dan mengabdi dengan sesungguhnya kepada Rabb semesta alam. Namun, kalau kita memilih kesengseraan, kegelisahaan dan dihinggapai rasa was-was, maka ...

Popular Posts

Blogger news

Bagaimana Cara Ikhlas dalam Belajar

ikhlas dalam_belajarPara ulama selalu mewanti-wanti agar kita selalu ikhlas dalam beramal termasuk dalam belajar. Ilmu semakin mudah diraih jika disertai dengan ikhlas. Ilmu semakin jauh dari kita jika yang diharapkan adalah pujian manusia dan ridho selain Allah.
Sesungguhnya ikhlas dalam beramal adalah syarat diterimanya amal dan cara mudah mencapai tujuan. Allah Ta’ala berfirman, وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5). Dari ‘Umar bin Al Khottob, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Setiap amalan tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 54 dan Muslim no. 1907). Abu Bakr Al Marudzi berkata, “Aku pernah mendengar seseorang bertanya pada Abu ‘Abdillah -yaitu Imam Ahmad bin Hambal- mengenai jujur dan ikhlas. Beliau pun menjawab, بهذا ارتفع القوم “Dengan ikhlas semakin mulia (tinggi) suatu kaum).” Guru kami, Syaikh Sholih bin ‘Abdullah bin Hamd Al ‘Ushoimi -semoga Allah senantiasa menjaga dan memberkahi umur beliau- berkata bahwa ikhlas dalam belajar agama (ilmu diin) jika diniatkan: 1- Untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri. 2- Untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain. 3- Menghidupkan dan menjaga ilmu. 4- Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Contoh dari ulama masa silam (ulama salaf), mereka selalu khawatir luput dari sifat ikhlas ketika belajar. Mereka sudah berusaha mewujudkan ikhlas tersebut dalam hati mereka. Namun untuk mengklaim, telah ikhlas, itu amatlah sulit. Sehingga dalam rangka wara’ (kehati-hatian), mereka tidak menyebut diri mereka ikhlas. Hisyam Ad Dastawa-iy rahimahullah berkata, والله ما أستطيع أن أقول: إني ذهبت يوما أطلب الحديث أريد به وجه الله “Sungguh aku tidak mampu berkata: aku telah pergi mencari hadits pada satu hari untuk mencari wajah Allah.” Imam Ahmad ditanya, “Apakah engkau telah menuntut ilmu karena Allah?” Jawab beliau, لله! عزيز, ولكنه شيء حبب إلي فطلبته “Karena Allah! Itu perkara besar (agung), namun aku berkeinginan kuat untuk terus meraihnya.” Oleh karenanya, siapa yang luput dari ikhlas, maka ia telah luput dari ilmu dan kebaikan yang banyak. Sehingga ikhlas inilah yang mesti diperhatikan dalam setiap perkara yang nampak ataupun yang samar, yang tersembunyi atau yang terlihat. Karena itu, kita harus terus berusaha memperbaiki niat. Sufyan Ats Tsauriy berkata, ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي لأنها تتقلب عليَّ “Aku tidaklah pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Karena niatku dapat terus berbolak-balik.” Sulaiman Al Hasyimiy berkata, “Terkadang ketika aku mengucapkan satu hadits saja, aku membutuhkan niat. Setelah aku beralih pada hadits yang lain, berubah lagi niatku. Jadi, memang betul menyampaikan satu hadits saja butuh niat ikhlas karena Allah.” Semoga Allah beri kita hidayah untuk terus ikhlas dalam belajar dan beramal. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Blog Archive